Minggu, 12 Februari 2012

Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini


BAB  I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa usia dini, semua potensi anak berkembang sangat cepat. Fakta yang ditemukan oleh ahli-ahlineurologi, menyatakan bahwa sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun dan 80% telah terjadi ketika berusia 8 tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel syaraf tersebut membutuhkan berbagai situasi pendidikan yang mendukung, baik situasi pendidikan keluarga, masyarakat maupun sekolah.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan anak usia dini, pemerintah sudah mengembangkan Kurikulum PAUD dan perangkatnya yang dijadikan acuan bagi penyelenggaraan PAUD. Kurikulum PAUD hendaknya disusun berdasarkan landasan teoritik, yuridis, dan empiric. Hingga saat inibelum ditetapkan Standar Nasional Pendidikan untuk PAUD sebagai acuan penyusunan KTSP. Untuk itu perlu disusun naskah akademik kajian kebijakan kurikulum PAUD.
Disisi lain prinsip otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi yang nyata dan bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Daerah berwenang untuk menangani urusan pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang semestinya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Selain itu daerah juga harus bertanggungjawab dalam penyelenggaraannya yang benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan pelayanan dasar pendidikan yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.
Otonomi dalam bidang pendidikan yang diwujudkan dalam PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Daerah Propinsi sebagai Daerah Otonom, pasal 2 ayat (2) dan (3) dalam bidang pendidikan telah dinyatakan bahwa pemerintah (Pusat) memiliki kewenangan antara lain (1) penetapan standar kompetensi siswa dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya, (2) penetapan standar materi pelajaran pokok, (3) penetapan pedoman pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, dan (4) penetapan kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif setiap tahun bagi pendidikan dasar, menengah dan luar sekolah.
Otonomi pengelolaan pendidikan ini diwujudkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Hal-hal yang berhubungan dengan implementasinya dikembangkan dan dikelola oleh pelaksana di daerah terutama di daerah tingkat II dan sekolah. Dengan demikian daerah tingkat II dan sekolah memiliki kewenangan untuk merancang silabus dan pelaksanaannya disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan peserta didik, keadaan sekolah, dan kondisi daerah berdasarkan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan proses pembelajaran yang mengacu pada ketetapan pemerintah secara nasional sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
Kebutuhan setiap daerah yang berbeda-beda memaksa setiap daerah untuk melihat dan memperhatikan kebutuhan bagi pendidikan didaerahnya termasuk dalam pengembangan kurikulum yang sesuai dan dapat dilaksanakan bagi daerahnya. Dalam hal ini pengembangan silabus bagi PAUD di daerah Dekai, Yahukimo Papua yang akan saya coba susun sesuai pengamatan dan pelaksanaannya di lapangan.
Pengembangan silabus akan disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Pembinaan TK dan SD dalam melakukan pembinaan, secara teknis menyusun pedoman pengembangan silabus di TK . Pengembangan silabus meliputi program semester, program mingguan dan program harian yang dapat dijadikan acuan di lapangan.
B.      Prinsip-prinsip Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini
Pengembangan kurikulum atau sistem pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip pembelajaran yang meliputi:

1.      Analisis kebutuhan dan  masalah pembelajaran
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak pada usia dini sedang membutuhkan proses belajar untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangannya. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak. 
2.      Analisis Filosofi, Visi, Fungsi dan Tugas
Filosofi pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang berpusat pada anak yang mengutamakan kepentingan bermain. Permainan yang diperuntukan bagi anak memberikan peluang untuk menggali dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Permainan pada anak dapat menimbulkan rasa nyaman, untuk bertanya, berkreasi, menemukan dan memotivasi mereka untuk menerima segala bentuk risiko dan menambah pemahaman mereka. Selain itu, dapat menambah kesempatan untuk meningkatkan pemahaman dari setiap kejadian terhadap orang lain dan lingkungannya.
Visi Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia
·         Mengupayakan pemerataan layanan, peningkatan mutu, dan efesiensi penyelenggaraan pendidikan;
·         Mengupayakan peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam memberikan layanan pendidikan dini;
·         Mempersiapkan anak sedini mungkin agar kelak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut.
Misi Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia
Terwujudnya anak usia dini yang cerdas, sehat, ceria, dan berakhlak mulia serta memiliki kesiapan baik fisik maupun mental dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia
·         Untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga mewakili kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar sarta mengurangi kehidupan dimasa dewasa.
·         Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah
·         Intervensi dini dengan memberikan rangsangan sehingga dapat menumbuhkan potensi-potensi yang tersembunyi (hidden potency) yaitu dimensi perkembangan anak (bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri, minat dan bakat).
·         Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi yang dimiliki anak.
Urgensi pendidikan anak usia dini berdasarkan tinjauan didaktis psikologi adalah untuk mengembangkan berbagai aspek kecerdasan yang merupakan potensi bawaan. Kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang anak hanya akan berarti apabila dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yang dikenal dengan istilah kecakapan hidup (life skill).
Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini
·         Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahapan perkembangannya. Misalnya menyiapkan media pemebelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak (baik anak biasa maupun berkebutuhan khusus).
·         Mengenalkan anak dengan dunia sekitar. Contoh: Jalan-jalan ke hutan kota, disana dapat mengenalkan anak bermacam-macam hewan ciptaannya, mengenal berbagai hewan berbahaya dan bukan berbahaya, mengenal udara panas dan dingin.
·         Mengembangkan sosialisasi anak. Bermain bersama teman-teman, melalui bermain dengan teman, maka anak akan berinteraksi sehingga proses sosialisasi dapat berkembang
·         Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak. Misalnya mengikuti peraturan kelas yang disepakati bersama.
·         Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa bermainnya, misalnya bermain bebas sesuai dengan minat dan keinginan anak.
·         Memberikan stimulus kultural pada anak dan memberikan ekspresi stimulasi kultural.
Fungsi lainnya yang perlu diperhatikan, yakni penyiapan bahan perumusan kebijakan dibidang pendidikan anak usia dini; penyiapan bahan perumusan standar, kriteria, pedoman, dan prosedur dibidang pendidikan anak usia dini; pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pendidikan anak usia dini; pelaksanaan pemberdayaan peran serta masyarakat dibidang pendidikan anak usia dini; pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat (Direktorat PAUD, 2000:6).
3.      Analisis Peserta Didik
Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka pendidik perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial. Ini dikarenakan kelas inklusi terdiri dari anak yang beragam yang didalamnya juga anak berkebutuhan khusus yang mungkin belum terlihat perbedaannya secara fisik.
·         Hakikat perkembangan anak usia dini. Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Montessori  dalam Hainstock (1999:10-11) mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif (sensitive periods), selama masa inilah anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya. Selanjutnya Montesorri menyatakan bahwa usia keemasan merupakan masa di mana anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik disengaja maupun tidak sengaja. Pada masa peka inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespons dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari (Hainstok, 1999:34).
Berdasarkan teori perkembangan anak, diyakini bahwa setiap anak lahir dengan lebih dari satu bakat. Bakat tersebut bersifat potensial dan ibaratnya belum muncul di atas permukaan air. Untuk itulah anak perlu diberikan pendidikan yang sesuai perkembangannya dengan cara memperkaya lingkungan bermainnya
·         Hakikat anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak-anak yang tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan, dan juga anak latib dan berbakat (Mulyono, 2006:26). Dalam perkembangannya, saat ini konsep ketunaan berubah menjadi berkelainan (exception) atau luar biasa. Konsep ketunaan berbeda dengan konsep berkelainan. Konsep ketunaan hanya berkenaan dengan kecacatan sedangkan konsep berkelainan atau luar biasa mencakup anak yang menyandang ketunaan maupun yang dikaruniai keunggulan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk perencanaan dan pemikiran bagi anak yang berketidakmampuan:
-          Tekankan keunikan dan nilai dari semua anak daripada perbedaan mereka
-          Jaga pandangan masing-masing: hindari penekanan ketidakmampuan dengan mengeyampingkan pencapaian masing-masing
-          Pikirkan cara anak yang tidak berkemampuan dapat melakukan sesuatu sendiri atau untuk anak yang lain
-          Berikan lingkungan di mana anak yang bersamasalah ikut serta dalam kegiatan dengan anak yang tidak bermasalah dan cara-cara yang bermanfaat satu sama lainnya.
4.      Analisis Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar anak usia dini digunakan Asesmen Otentik. Melalui pemantauan secara terus menerus, dalam berbagai konteks, dan berdasarkan apa yang dapat dikerjakan dan dihasilkan anak, guru dan orangtua dapat memberi bantuan belajar yang pas sehingga anak dapat belajar secara optimal. Oleh karena itu asesmen otentik dilakukan secara terus menerus bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Hasil karya anak, hasil pengamatan guru, dan informasi dari orangtua diperlukan untuk memotret perkembangan belajar anak. Berbagai teknik dan instrumen asesmen, seperti catatan anekdot (anecdotal record), catatan narative (narrative record), catatan cepat (running record), sample kegiatan (event sampling), dan dengan portofolio digunakan untuk memantau perkembangan anak.
Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa perkembangan anak bersifat sistematis, progresif dan berkesinambungan. Hal ini berarti kemajuan perkembangan satu aspek akan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Karakteristik anak memandang segala sesuatu sebagai suatu keseluruhan, bukan bagian demi bagian. Stimulasi harus diberikan secara terpadu sehingga seluruh aspek perkembangan dapat berkembang secara berkelanjutan, dengan memperhatikan kematangan dan konteks sosial, dan budaya setempat. Dalam hal ini dibutuhkan kerjasama antara guru, orangtua dan tenaga ahli (psikolog).
5.      Penentuan dan Penyusunan Materi Pembelajaran
·         Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui penyiapan lingkungan belajar yang menunjang berkembangnya kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
·         Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan serta demokratis sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan temannya.
·         Lingkungan belajar hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun di lingkungan sekitar. Pendidik harus peka terhadap karakteristik budaya masing-masing anak.
·         Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran di TK. Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Ketika bermain anak membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya.

6.      Pengembangan Instrumen Evaluasi Hasil Belajar
Pengembangan instrumen evaluasi hasil belajar disini dimaksudkan untuk melihat pencapaian tujuan yang satu agar dapat menjadi alat ukur untuk mencapai tujuan berikutnya, dalam hal ini jika anak telah mencapai suatu titik pembelajaran tertentu maka anak ini akan mempu untuk melanjutkan ke tingkat selanjutnya. Namun pada pendidikan anak usia dini evaluasi tidak menitik beratkan kepada penguasaan materi tetapi proses dari pembelajaran setiap anak dalam menemukan keunggulan-keunggulan dalam dirinya. Menurut Dewey, pendidikan yang benar hanya akan muncul dengan menggali keunggulan-keunggulan anak yang timbul dari tuntutan situasi sosial di mana dia menemukan dirinya sendiri. Melalui tuntutan sosial ini anak dirangsang untuk mampu bertindak sebagai anggota suatu unit sosial tertentu.
7.      Penentuan Kegiatan Pembelajaran Pengelompokan Peserta Didik
Penentuan kegiatan pembelajaran pengelompokan peserta didik dapat dilihat dari kebutuhan dan tujuan dari pembelajaran yang dilakukan, jika diperuntukan bagi pendidik untuk mengetahui kognitif peserta didik maka dapat dibuat kelompok kecil, jika sedang melakukan story telling yang melibatkan seluruh peserta didik maka dibuat kelompok besar, namun jika mengadakan acara bersama dengan keluarga maka bisa dibuat kelompok massa.
8.      Pemilihan dan Pengembangan Media Pembelajaran
Setiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya. Disamping itu penggunaan teknologi informasi juga penting bagi pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini yaitu dengan memanfaatkannya untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk mendorong anak menyenangi belajar jika dimungkinkan dalam penyediaan dan penggunaannya. Namun yang terpenting adalah bagaimana pemilihan dan pengembangan media pembelajarab itu dapat mendukung proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.
9.      Pemantauan dan Evaluasi Sistem Pembelajaran
Program dianggap berhasil jika anak-anak memiliki prestasi belajar secara khusus yang seringkali bersifat akademik seperti persipan untuk mengikuti sekolah selanjutnya.
Dalam alat dan cara penilaian, ditemukan adanya format-format evaluasi yang kurang efektif untuk dilakukan di lapangan mengingat keterbatasan kemampuan guru dalam melakukan penilaian. Guru mengehendaki format penilaian yang disederhanakan dan memudahkan membuat rekapitulasi perkembangan anak dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan
BAB II
PENGEMBANGAN KURIKULUM ANAK USIA DINI

Banyak istilah kurikulum bagi anak usia dini yang maknanya hampir sama, seperti program kegiatan belajar bagi anak TK, menu pembelajaran anak usia dini, menu generik anak usia dini, dan stimulasi perkembangan bagi anak usia dini ((Balitbang, Depdikmas, 2002:28; Dodge&Colker, 2005:5; GBPP, 1994:2; Sujiono&Sujiono, 2004:3; Direktorat PAUD Depdiknas, 2002:2; DepKes, 1997:92).
Berhubungan dengan hal tersebut diatas, peristilahan pengembangan kurikulum adalah istilah yang paling sesuai dengan pengembangan program kegiatan bermain bagi anak usia dini. Dikarenakan istilah kurikulum terkesan sangat formal dan terstruktur, maka istilah kurikulum seringkali ditukarpakaikan dengan istilah program kegiatan bermain.
A.     Batasan Kurikulum Anak Usia Dini
Pengembangan program kegiatan bermain (kurikulum) bagi anak usia dini seharusnya sarat dengan aktivitas bermain yang mengutamakan adanya kebebasan bagi anak untuk bereksploitasi dan berkreativitas, sedangkan orang dewasa seharusnya lebih berperan sebagai fasilitator pada saat anak membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Albercht dan Miller 2000:216-218).

Bennett, Finn dan Cribb (1999:91-100), menjelaskan bahwa pada hakekatnya mengembangkan kurikulum adalah pengembangan sejumlah pengalaman belajar melalui kegiatan bermain yang dapat memperkaya pengalaman anak tentang berbagai hal, seperti cara berpikir tentang diri sendiri, tanggap pada pernyataan, dapat memberikan argumentasi untuk mencari berbagai alternatif. Selain itu, hal ini membantu anak-anak dalam mengembangkan kebiasaan dari setiap karakter yang dapat dihargai oleh masyarakat mempersiapkan mereka untuk memasuki dunia orang dewasa yang penuh tanggungjawab.

Mengutip pendapat Kitano dan Kirby (1986:127-167), kurilukum merupakan rencana pendidikan yang dirancang untuk memaksimalkan interaksi pembelajaran dalam rangka menghasilkan perubahan perilaku yang potensial. Kurikulum yang koprehensif seharusnya memiliki elemen utama dari setiap bidang pengembangan yang disesuaikan dengan tingkatan atau jenjang pendidikannya serta mengetengahkan target pencapaian peserta didik yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran dilembaga pendidikan.

Catron dan Allen (1999:30), menyatakan bahwa kurikulum mencakup jawaban tentang pertanyaan apa yang harus diajarkan dan bagaimana mengajarkannya dengan menyediakan sebuah rencana program kegiatan bermain yang berlandaskan filosofis tentang bagaimana anak berkembang dan belajar. Selanjutnya dijelaskan bahwa program kegiatan bermain pada dasarnya adalah pengembangan secara kongkret dari sebuah kurikulum. Pengembangan kurikulum bagi anak usia dini merupakan langkah awal yang menjadi tolok ukur dari kegiatan belajar selanjutnya.
Menurut NAEYC Early Childhood Program Standar terdapat dua hal penting tentang kurikulum bagi anak usia dini, yaitu
1)      Program kegiatan bermain pada anak usia dini diterapkan berdasarkan kurikulum yang berpusat pada anak serta dapat mendukung kegiatan pembelajaran dan perkembangan pada setiap aspek baik estetika, kognitif, emosional, bahasa, fisik, dan sosial;
2)      Kurilukulum berorientasi pada hasil dan mengkaitkan berbagai konsep dan perkembangan. Pada saat disampaikan oleh guru pada setiap individu anak, maka kurikulum yang telah dirancang diharapkan dapat membantu guru, sehingga dapat menyediakan pengalaman yang dapat mengembangkan perkembangan pada jenjang yang lebih tinggi pada wilayah perkembangannya. Hal ini juga mengarah pada intensionalitas dan ungakapan kreatif, dan memberikan kesempatan pada anak untuk belajar secara individu dan berkelompok berdasarkan kebutuhan dan minat mereka (2004:2-3).

B.      Tujuan Pengembangan Kurikulum
Tujuan kurikulum anak usia dini di Indonesia adalah membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan, dan kreatifitas yang diperlukan oleh anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan pada tahapan berikutnya. (Depdiknas 2004:3).
Untuk mencapai tujuan kurikulum tersebut, maka diperlukan strategi pembelajaran bagi anak usia dini yang berorientasi pada:
1)      Tujuan yang mengarah pada tugas-tugas perkembangan di setiap rentangan usia anak;
2)      Materi yang diberikan harus mengacu dan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan anak (DAP=Developmentally Appropriate Practice);
3)      Metode yang dipilih seharusnya berfariasi sesuai dengan tujuan kegiatan belajar dan mampu melibatkan anak secara aktif dan kreatif serta menyenangkan;
4)      Media dan lingkungan bermain yang digunakan seharusnya aman, nyaman, dan menimbulkan ketertarikan bagi anak dan perlu adanya waktu yang cukup untuk bereksplorasi; serta
5)      Evaluasi yang terbaik dan dianjurkan untuk dilakukan adalah rangkaian sebuah assesment melalui observasi partisipatif terhadap segala sesuatu yang dilihat, didengar dan diperbuat oleh anak.

C.      Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum PAUD
Pendekatan perkembangan, berpandangan bahwa perkembanganlah yang memberikan kerangka untuk memahami dan menghargai pertumbuhan alami anak usia dini. Terdapat beberapa anggapan dari pendekatan ini, yaitu: (1) anak usia dini adalah pembelajar aktif yang secara terus menerus mendapat informasi mengenai dunia lewat permainannya, (2) setiap anak mengalami kemajuan melalui tahapan-tahapan perkembangan yang dapat diperkirakan, (3) anak bergantung pada orang lain dalamhal pertumbuhan emosi dan kognitif melalui interaksi sosial, (4) anak adalah individu yang unik yang tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang berbeda (Wolfgang dan Wolfgang, 1995:56-58).

Vygotsky dalam Naughton (2003:46) percaya bahwa bermain membantu perkembangan kognitif anak secara langsung, tidak sekadar sebagai hasil dari perkembangan kognitif seperti yang dikemukakan oleh Piaget. Ia menegaskan bahwa permainan simbolik memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan berpikir abstrak. Sejak anak mulai bermain make believe, anak menjadi mampu berpikir tentang makna-makna objek yang mereka representasikan secara independen. Dengan demikian, pada awal proses penggantian objek dalam bermain dramatik prototipikalitas objek menjadi krusial, sementara perkembangan berikutnya bermain dramatik prototipikalitas menjadi kurang begiru penting. Berhubung dengan hal tersebut diatas, maka peran pendidik berkaitan dengan teori perkembangan antara lain adalah: (1) tanggap dengan proses yang terjadi dari dalam diri anak dan berusaha mengikuti arus perkembangan anak yang individual, (2) mengkreasikan lingkungan dengan materi yang luas, beragam, dan alat-alat yang memungkinkan anak belajar, (3) memperhatikan laju dan kecepatan belajar dari setiap anak, dan (4) adanya bimbingan dari guru agar anak tertantang untuk melakukan sendiri.
1.      Pendekatan Tematik
Pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang pengembangan untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak (Kostelknik 1991:17). Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik diajarkan pada anak karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu keutuhan (Holistic) perkembangan fisiknya tidak pernah dapat dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. Sesuai dengan perkembangan fisik dan mental anak usia 4-6 tahun, pembelajaran pada tahap ini haruslah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a.      Berpusat pada anak,
b.      Memberikan pengalaman langsung pada anak
c.       Pemisahan bidang pengembangan tidak begitu jelas
d.      Menyajikan konsep dari berbagai bidang pengembangan pada suatu proses pembelajaran
e.      Bersifat fleksibel atau luwes
f.        Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (kostelnik, 1991:17-20).
Prinsip pemilihan tema, tema merupakan wahana yang berisikan bahan-bahan yang perlu dikembangkan lebih lanjut oleh guru menjadi program pengembangan yang operasional. Tema dapat dikembangkan fleksibel sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak agar tidak menimbulkan kebosanan. Pemilihan tema didasarkan pada:
a.      Tema-tema yang bersifat dasar dan selalu dapat dikembangkan seperti: Aku, Keluargaku, Rumahku, Sekolahku, dan Negeriku.
b.      Tema yang dihubungkan dengan suatu peristiwa/kejadian seperti: Gejala alam: cuaca, banjir, gunung meletus, dan sebagainya.
c.       Tema yang dihubungkan dengan minat anak seperti: binatang: dinosaurus, tata surya.
d.      Tema yang dihubungkan dengan hari-hari besar atau spesial seperti: hari kemerdekaan, hari besar keagamaan, hari ibu, hari anak, dan sebagainya (sujiono&sujiono, 2005:221).

2.      Pusat Kegiatan Belajar (Sentra)
Pusat kegiatan belajar pada pembelajaran yang berpusat pada anak dibangun atas dasar bahwa setiap anak memiliki modalitas, gaya belajar, dan minat yang berbeda terhadap pengetahuan yang ingin diketahuinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Day yang menyatakan bahwa pusat kegiatan belajar dapat mengadaptasi perbedaan dari gaya belajar, tingkat kematangan, dan perkembangan anak, dan perbedaan dari latar belakang yang berbeda. Prinsip yang digunakan adalah individualisasi pengalaman belajar. Setiap anak diperkenankan untuk memilih pusat kegiatan belajar yang akan digunakan untuk bereksplorasi dan bermain.
Craig dan Borba (1978:3) berpendapat bahwa konsep dari pusat kegiatan belajar adalah:
I hear and I forget (saya dengar dan saya lupa)
I see and I remember (saya lihat dan saya ingat)
I do and I understand (saya lakukan dan saya paham)
Selanjutnya Craig dan Borba (1978:15) juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa pendekatan yang harus diperhatikan disetiap sentra, yaitu: (1) program card, setiap anak harus merencanakan yang akan mereka lakukan pada hari itu; (2) open choice, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil dimana setiap kelompok akan mendapatkan tugas untuk mengerjakan tugas bersama-sama dan guru mengatur perpindahan dari satu sentra ke sentra lainnya; (3) multi station, berupa tempat pergantian dan waktu menunggu 3-5 menit; serta (4) enrichment centers, setelah anak-anak menyelesaikan tugasnya di masing-masing sentra, apabila ada waktu luang mereka boleh menggunakan sentra untuk program pengayaan.

3.      Pengelolaan Kelas Berpindah (Moving Class Activity)
Pengelolaan kelas merupakan pengaturan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh guru baik di dalam ruang (indoor activity) ataupun di luar (outdoor activity) dalam rangka melancarkan proses belajar dan pembelajaran.

Pengelolaan ruang kelas dan kegiatan bimbingan merupakan hal penting yang harus diperhatikan leh guru anak usia dini. Kebijakan yang diambil guru dan bimbingan yang tepat bermanfaat dalam beberapa hal seperti: (1) mencegah dan mengurangi tingkah laku dan masalah-masalah pengelolaan, (2) memberikan kesempatan dan merespon keberhasilan pertumbuhan terhadap anak-anak yang mempunyai penyimpang, (3) mendukung belajar dan pembelajaran yang terjadi dalam situasi di ruang kelas, (4) menumbuhkan harga diri dalam jiwa anak, mengembangkan kemampuan mereka untuk mengambil keputusan dan dapat bertanggungjawab, membantu mereka mengembangkan sikap pengendalian diri dan disiplin untuk diri mereka sendiri, dan menyediakan contoh dari suatu konflik masalah.

4.      Pelayanan Inklusi
Anak dengan keterbatasan. Anak-anak dengan kebutuhan khusus beserta keluarga mereka seharusnya mendapat pendidikan dan pelayanan yang akan membantu mereka berhasil di sekolah dan dalam kehidupan. Pihak sekolah dan semua yang bersinggungan dengan sekolah adalah pemain kunci dalam proses ini untuk memastikan bahwa mereka memperoleh pelayanan dengan baik.

Sebagai pendidik anak usia dini pasti akan mendapat anak-anak berkebutuhan khusus dalam kelas, misalnya anak dengan autisme, tuli, buta-tuli, gangguan emosi, gangguan pendengaran, gangguan mental, keterbatasan ganda, gangguan ortopedi, gangguan kesehatan, gangguan belajar khusus, gangguan biacara dan bahasa, trauma otak, dan gangguan penglihatan termasuk kebutaan.

Namun keterbatasan adanya tenaga pendidik dan sarana yang digunakan di daerah pedalaman maka saya membatasi dalam membuat kurikulum itu.
Dapat dilihat dalam gambar dibawah ini bagaimana saya mencoba menetapkan pembatasan dalam kurikulum ini.

Anak akan ditempatkan dalam kelas umum, namun akan ada bantuan tambahan atau khusus. Ini dilakukan setelah jam sekolah selesai atau dilakukan dengan membuat worksheet dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan anak. Misalnya pembelajaran bagi anak yang tuna runggu maka dapat melihat gambar dan mulut guru, bagi yang memiliki gangguan penglihatan maka harus ada media yang dapat diraba dan suara yang mengambarkan benda tersebut dan lain sebagainya.


BAB III PENERAPAN 
KURIKULUM

A.     Tema

Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada peserta didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa peserta didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar peserta didik  mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. 

a. Prinsip Penentuan Tema

Penentuan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
·         Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan peserta didik kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan mereka.
·         Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana kepada tema-tema yang lebih rumit bagi peserta didik.
·         Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat peserta didi kepada tema-tema yang kurang menarik.
·         Kesesuaian, artinya tema disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di ingkungan setempat.
b. Langkah Penentuan Tema
Pada awa tahun pelajaran, TK menentukan tema yang akan dibahas dalam satu tahun sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan setempat. Beberapa dalam menentukan tema :  
1.      Mengidentifikasi tema yang sesuai dengan hasil belajar dan  indikator dalam kurikulum.
2.      Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan tema.
3.      Menjabarkan tema ke dalam sub-sub tema agar cakupan tema lebih terurai.
4.      Memilih sub tema yang sesuai.
c. Tema yang akan diterapkan
Tema pokok yang akan diberikan kepada anak adalah seperti dibawah ini
1.      Diri Sendiri
2.      Lingkunganku
3.      Kebutuhanku
4.      Binatang
5.      Tanaman
6.      Rekreasi
7.      Pekerjaan
8.      Air, Udara, dan Api
9.      Alat Komunikasi/Transportasi
10.  Tanah Airku
11.  Alam Semesta
Tema sisipan sesuai dengan daerah juga akan dibagikan antara lain
1.      Hari Kemerdekaan
2.      Natal
3.      Paskah

Tema-tema di atas merupakan tema umum dan dikembangkan berdasarkan kondisi daerah Yahukimo dan kemampuan masing-masing TK sesuai dengan prinsip-prinsip penentuan tema, demikian pula dalam penentuan perkiraan waktu untuk setiap tema.
Selain tema-tema tersebut di atas, juga apabila terjadi peristiwa atau kejadian di sekitar anak (Taman Kanak-kanak) pada saat pembelajaran berlangsung maka akan dimasukkan dalam pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari itu.

B.      Pengembangan Silabus

Perencanaan semester merupakan program pembelajaran yang dipetakan berisi jaringan tema, bidang pengembangan, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang ditata secara urut dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema, dan sebarannya ke dalam semester 1 dan 2.
Langkah-langkah pengembangan program semester, sebagai berikut:
a.      Mempelajari dokumen Kurikulum dan standar perkembangan dasar.
b.      Menentukan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap kelompok dalam satu semester.
c.       Membuat “Matriks Hubungan Kompetensi Dasar dengan Tema”. Dalam langkah ini yang harus dilakukan adalah memasukkan hasil belajar dan/atau indikator ke dalam jaringan tema.
d.      Menetapkan pemetaan jaringan tema dengan memperhatikan keleluasaan cakupan pembahasan tema dan sub-sub tema serta minggu efektif sekolah, sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan.
Berikut ini disajikan tema dan alokasi waktu pada semester pertama dan kedua:

Tema Semester 1
No.
Tema
Perkiraan Waktu*
Bulan
1
Diri Sendiri (About me)
a. Perkenalan: Nama, tempat tinggal
1 minggu
Juni Minggu ke-1
b. Laki-laki dan Perempuan
1 minggu
Juni Minggu ke-2
c. Panca Indera
1 minggu
Juni Minggu ke-3
2
Lingkunganku
a. Keluargaku
1 minggu
Juni Minggu ke-4
b. Tempat tinggalku 1
1 minggu
Juli Minggu ke-1
c. Peliharaanku 1
1 minggu
Juli Minggu ke-2
d. Pertanian
1 minggu
Juli Minggu ke-3
3
Kebutuhanku
a. Nutrisi (Makanan Sehat)
1 minggu
Juli Minggu ke-4
b. Air Bersih (Minum)
1 minggu
Juli Mingke-5-Agus Ming ke-1
sisipan
c. Hari Kemerdekaan Indonesia
1 Minggu
Agustus Minggu ke-2

d. Pakaian Bersih
1 minggu
Agustus Minggu ke-3
e. Tempat tinggalku 2
1 minggu
Agustus Minggu ke-5
4
Binatang
a. Binatang Hutan (kebun binatang)
1 minggu
September Minggu ke-1
b. Serangga
1 minggu
September Minggu ke-2
c. Peliharaanku 2
1 minggu
Sepetember Minggu ke-3
d. Binatang berbahaya
1 minggu
September Minggu ke-4
5
Tanaman
a. Tanaman Penghasil Makanan (Pisang)
1 minggu
Oktober Minggu ke-1
b. Tanaman untuk rumah dan peralatan
1 minggu
Oktober Minggu ke-2
c. Tanaman sebagai hiasan
1 minggu
Oktober Minggu ke-3
Evaluasi
1 minggu
Oktober Minggu ke-4
Evaluasi
1 minggu
November Minggu ke-1
JUMLAH
21 minggu


Tema Semester 2
No.
Tema
Alokasi Waktu
Waktu
1
Rekreasi
a. Kegemaran
1 minggu
November Minggu ke-2
b. Tamasya
1 minggu
November Minggu ke-3
c. Menjaga Lingkungan
1 minggu
November Minggu ke-4
Sisipan
Natal
1 minggu
Desember Minggu ke-1
Sisipan
Natal
1 minggu
Desember Minggu ke-2
2
Pekerjaan (Community Helpers)
a. Community Helper (Jasa)
1 minggu
Januari Minggu ke-2
b. Community Helper
1 minggu
Januari Minggu ke-3
c. Non Jasa

Januari Minggu ke-4
3
Air, udara, dan api
a. Air
1 minggu
Jan Ming ke-5 – Feb Ming ke-1
b. Udara
1 minggu
Feb Minggu ke-2
c. Api
1 minggu
Feb Minggu ke-3
4
Alat komunikasi/Transportasi
a. Alat Komunikasi
1 minggu
Feb Minggu ke-4
b. Alat Transportasi
1 minggu
Maret Minggu ke-1
5
Tanah airku (My culture)
a. Indonesiaku
1 minggu
Maret Minggu ke-2
b. Daerahku
1 minggu
Maret Minggu ke-3
c. Budayaku (menari)
1 minggu
Maret Minggu  ke-4
6
Alam semesta (Space and Robots)
a. Daratan
1 minggu
April Minggu ke-1
b. Lautan (Oceans)
1 minggu
April Minggu ke-2
c. Bencana Alam
1 minggu
April Minggu ke-3
Sisipan
Paskah
1 minggu
April Minggu ke-4
Sisipan
Paskah
1 minggu
Mei Minggu ke-1

Evaluasi
1 minggu
Mei Minggu ke-2

Evaluasi
1 minggu
Mei Minggu ke-3
Sisipan
Pentas Seni dan Persiapan
1 minggu
Mei Minggu ke-4
JUMLAH
26 minggu


C.      Perencanaan Mingguan
Perencanaan mingguan disusun dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM). SKM merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai dengan keluasan pembahasan tema dan subtema.
Perencanaan mingguan dapat disusun dalam bentuk, antara lain satuan kegiatan mingguan (SKM) model pembelajaran kelompok dan satuan kegiatan mingguan  (SKM)  model pembelajaran berdasar minat.

Satuan Kegiatan Mingguan
a.       Komponen SKM adalah sebagai berikut:
·         Tema dan sub tema.
·         Alokasi waktu.
·         Aspek pengembangan.
·         Kegiatan per aspek pengembangan.

b.      Langkah-langkah pengembangan SKM adalah sebagai berikut:
1.      Menjabarkan tema dan merinci subtema.
·         Membuat matrik hubungan antara tema, subtema dengan kegiatan.
·         Menjabarkan indikator menjadi kegiatan-kegiatan pada bidang pengembangan dalam program semester.

Berikut ini adalah rincian kegiatan yang akan dilakukan pada semester satu pada kelompok taman kanak-kanak B. Namun jika dalam evaluasi ada beberapa pertimbangan untuk kesesuaian pembelajaran anak, maka kegiatan akan disesuaikan.
Dan bagi anak yang berkebutuhan khusus maka pada beberapa pelajaran akan dipisah sesuai kebutuhan yang dibutuhkan oleh anak. Pemisahan ini bukan bertujuan untuk membedakan akan tetapi agar mudah dalam mengawasi dan menolong anak tersebut.

Rincian Kegiatan Semester
Tema Semester 1
No.
Tema
Math
Bahasa
Sains
Karakter
Seni
Motorik
B. Ingris
Sosial
Catatan
1
Diri Sendiri (About me)

Alat peraga, sarana, dan media yang digunakan akan disusaikan dengan anak yang berkebutuhan khusus di kelas.
a. Perkenalan: Nama, tempat tinggal
Angka 1, mengetahui konsep satu
A, a
(ayam, anjing, apel)
Mengenal anggota tubuh, dengan menyanyi kapala,pundak lutu,kaki
Pengendalian diri (Cerita Putri Sembrono)
Mengubungkan garis pada gambar manusia
Menyusun menara 9-10 kotak
One
Menyebutkan nama teman-teman yang sudah dikenal
b. Aku Perempuan dan Aku Laki-laki
Angka 2
I,i
(Ikan, Itik,
Mengenal ciri perempuan dan pria
Pengendalian diri
Menempelkan puzzle (laki-laki dan perempuan)
Mengambar lingkaran (wajah), silang.
Two
Menyebutkan teman laki-laki dan perempuan
c. Panca Indera (Membantu)
Angka 3
U, u
(Ular, Udang,
Fungsi angg tubuh
Pengendalian diri
Membuat korsase dari kertas, tempel dan tarik
Mengendarai sepeda roda 3
Three (Lagu One and One)
Membantu orang lain
2
Lingkunganku

Sesuai dengan catatan yang diberikan orangtua pada laporan mingguan maka segala sesuatu yang dipergunakan akan disesuaikan untuk kebutuhan anak.
a. Keluargaku
Angka 4
E, e
(Elang, Ember,
Perbedaan mns (keluarga-kecil besar)
Kasih
Membuat pohon keluarga
Berdiri pada satu kaki beberapa detik
Four
Menyebutkan nama orangtua, adik dan kakak jika ada
b. Tempat tinggalku 1
Angka 5
O, o
(Obat, Odol,
Menyebutkan bagian dari rumah
Kasih
Menggambar rumah bersih
Naik dan turun tangga dengan kaki bergantian
Five, Six
Mau membersihkan rumah dan membereskan mainan setealh bermain
c. Peliharaanku 1
Angka 6
a-z (nyanyi)
Hewan peliharaan, membedakan tempat hewan dan tempat tinggal manusia
Kasih
Menggunting dan menempel hewan peliharaan
Melompat jauh
(Lagu watermelon)
Membedakan tempat tinggal hewan peliharaan dan manusia
d. Pertanian (Sekolahku)
Angka 7
a-z
(konsep a-z)
Menanam biji cabai ke dalam pot
Kasih
Menghias pot bunga dengan mote, kertas warna dan lem
Memasukkan biji-bijian ke dalam botol berleher sempit
Seven
Memelihara tanaman yang telah ditanam disekolah.
3
Kebutuhanku

Anak berkebutuhan khusus yang kesulitan dalam mengikuti pembelajaran secara umum maka akan diberikan kelas tambahan pada hari tertentu setelah kelas umum selesai
a. Nutrisi (Makanan Sehat)
Angka 8
ba,bi,bu,be,bo dan kata babi, bebek, boneka, bulan, buku
4 (sagu,jagung, ubi + sayur +ikan,telur,daging +buah, sehat 5 sempurna susu
Tanggungjawab
Permainan mencari gmb 4 sehat+5 sempurna kemudian menggunting dan menempel
Makan menggunakan sendok
Eight
Menceritakan kepada teman sekelas makanan yang anak makan sehari-hari
b. Air Bersih (Minum)
Angka 9
ca,ci,cu,ce,co
kata: cacing, cicak, celo, cobek
Proses air minum bersih
Tanggungjawab
Membuat tempat minum untuk menyimpan minuman bersih (botol kaca)
Menuangkan minuman sendiri
Nine
Membuat minuman bersih (memasak sampai mendidih)
sisipan
c. Hari Kemerdekaan Indonesia
Angka 10
da,di,du,de,do
kata: dadu, dingin, duduk, delima, dodol
Mengenal warna dasar; merah, kuning dan biru
Tanggungjawab
Merias kelas dengan tema merah putih
Membangun jembatan dengan 3 kotak
Ten
Kerjasama antar teman dalam menghias kelas
Pemberian PR akan dilakukan setiap hari, untuk membiasakan anak belajar sejak dini, karena kondisi penduduk asli belum mengerti pentingnya belajar

d. Pakaian Bersih
Angka 11
fa,fi,fu,fe,fo
kata: foto, fani, figura,
Guru memperagakan bagaimanan merawat pakaian.
Tanggungjawab
Membuat bingkai dengan cara mencuci pakaian yang benar
Memakai seragam sendiri (mengancing baju)
Eleven
Mencuci pakaian seragam anak sendiri setelah dipakai
e. Tempat tinggalku 2
Angka 12
ga,gi,gu,ge,go
kata: gajah, gigi, gorilla.
Guru menerangkan seperti apa rumah yang bersih
Tanggungjawab
Membuat hiasan dinding di rumah
Menyapu lantai rumah/ sekolah
twelve
Menceritakan bagaimana membantu ibu membersihkan rumah
4
Binatang

Setiap hal baik dan tidak baik yang dilakukan anak dirumah dan disekolah harus dikomunikasikan agar ada dukungan kedua belah pihak (orang tua dan anak)
a. Binatang Hutan (kebun binatang)
Angka 13
ha,hi,hu,he,ho
kata: hari, hijau, hutan
Ular, kangguru, kaswari (dilindungi)
Murah hati
Berkunjung ke hutan kota
Mengendarai sepeda roda tiga/empat
Kangoro, snack
Berkunjung ke hutan kota
b. Serangga
Angka 14
ja,ji,ju,je,jo
kata: jerapah, jingga, jojo,
Ciri-ciri serangga
Murah hati
Membuat seranga dari biji ditempel dikertas
Berlari dengan benar
Lady bugs, ant
Menyayangi binatang
c. Peliharaanku 2 (Ternak)
Angka 15
ka,ki,ku,ke,ko
Tempat memelihara
Murah hati
Menggambar babi dan mewarnai penuh
Melompat dengan dua kaki
Pig, chikhen
Melindungi binatang
d. Dunia Burung
Angka 16 dan 17
La,li,lu, le lo
Menyebutkan jenis burung
Murah hati
Membuat sarang burung dan menempel burung
Berjalan pd balok keseimbangan
Bird
Tidak menyiksa binatang
5
Tanaman

Kunjungan guru ke rumah anak sangat dibutuhkan untuk menjalin silaturahmi dan rasa percaya orangtua.
a. Tanaman Penghasil Makanan (Pisang)
Angka 18

Papaya, ubi, singkong, pisang
Kejujuran
Membuat tali dan mengikat pada pot bunga
Berjalan mundur dengan berjinjit
thirty
Memberi pupuk pada tanaman yg telah di tanam
b. Tanaman untuk rumah dan peralatan
Angka 19
Na,ni,nu,ne,no
Pohon jati, pohon mahoni
Kejujuran
Membuat lukisan diatas kayu
Bermain gobak sodor
fourty
Melestarikan pohon
c. Tanaman sebagai hiasan
Angka 20
Pa,pi,pu,pe,po
Pohon kaswari,
Kejujuran

Bermain lompat tali
fifty
Membawa pulang t.cabai
E
Evaluasi
Angka 1-10
Dikte
Cerita membantu mama






E
Evaluasi
Angka 11-20
Membaca
Menanam pohon






JUMLAH
21 minggu








2 komentar:

  1. LAm kenal, trims buat artikelnya. Klw boleh tau ini TK/PAUD Kristen dimana? GBU

    BalasHapus
  2. Ketinggalan nih. Klw Rincian semester 2 nya ada. mBak? trims saya tunggu ya.

    BalasHapus