BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia dini merupakan periode awal yang paling
penting dan mendasar sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
manusia. Pada masa usia dini, semua potensi anak berkembang sangat cepat. Fakta
yang ditemukan oleh ahli-ahlineurologi, menyatakan bahwa sekitar 50% kapasitas
kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun dan 80% telah terjadi
ketika berusia 8 tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel syaraf tersebut
membutuhkan berbagai situasi pendidikan yang mendukung, baik situasi pendidikan
keluarga, masyarakat maupun sekolah.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan
anak usia dini, pemerintah sudah mengembangkan Kurikulum PAUD dan perangkatnya
yang dijadikan acuan bagi penyelenggaraan PAUD. Kurikulum PAUD hendaknya
disusun berdasarkan landasan teoritik, yuridis, dan empiric. Hingga saat
inibelum ditetapkan Standar Nasional Pendidikan untuk PAUD sebagai acuan
penyusunan KTSP. Untuk itu perlu disusun naskah akademik kajian kebijakan
kurikulum PAUD.
Disisi lain prinsip otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah menuntut pelaksanaan otonomi yang nyata dan bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Daerah berwenang untuk menangani urusan pendidikan yang
dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang semestinya telah
ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan
kekhasan daerah. Selain itu daerah juga harus bertanggungjawab dalam
penyelenggaraannya yang benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian
otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan
pelayanan dasar pendidikan yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.
Otonomi dalam bidang pendidikan yang
diwujudkan dalam PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Daerah Propinsi
sebagai Daerah Otonom, pasal 2 ayat (2) dan (3) dalam bidang pendidikan
telah dinyatakan bahwa pemerintah (Pusat) memiliki kewenangan antara lain (1) penetapan standar kompetensi siswa dan warga belajar serta pengaturan
kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman
pelaksanaannya, (2) penetapan standar materi pelajaran pokok, (3) penetapan
pedoman pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, dan (4) penetapan kalender
pendidikan dan jumlah jam belajar efektif setiap tahun bagi pendidikan dasar,
menengah dan luar sekolah.
Otonomi pengelolaan pendidikan ini
diwujudkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Hal-hal yang
berhubungan dengan implementasinya dikembangkan dan dikelola oleh pelaksana di
daerah terutama di daerah tingkat II dan sekolah. Dengan demikian daerah
tingkat II dan sekolah memiliki kewenangan untuk merancang silabus dan
pelaksanaannya disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan peserta didik, keadaan
sekolah, dan kondisi daerah berdasarkan pengalaman belajar, cara mengajar, dan
menilai keberhasilan proses pembelajaran yang mengacu pada ketetapan pemerintah
secara nasional sesuai dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah.
Kebutuhan setiap daerah yang berbeda-beda
memaksa setiap daerah untuk melihat dan memperhatikan kebutuhan bagi pendidikan
didaerahnya termasuk dalam pengembangan kurikulum yang sesuai dan dapat
dilaksanakan bagi daerahnya. Dalam hal ini pengembangan silabus bagi PAUD di
daerah Dekai, Yahukimo Papua yang akan saya coba susun sesuai pengamatan dan
pelaksanaannya di lapangan.
Pengembangan silabus akan disesuaikan dengan
tugas pokok dan fungsi Direktorat Pembinaan TK dan SD dalam melakukan
pembinaan, secara teknis menyusun pedoman pengembangan silabus di TK .
Pengembangan silabus meliputi program semester, program mingguan dan program
harian yang dapat dijadikan acuan di lapangan.
B.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini
Pengembangan kurikulum atau sistem pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini
perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip pembelajaran yang meliputi:
1.
Analisis kebutuhan dan masalah pembelajaran
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada
kebutuhan anak. Anak pada usia dini sedang membutuhkan proses belajar untuk
mengoptimalkan semua aspek perkembangannya. Dengan demikian berbagai jenis
kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan
kebutuhan masing-masing anak.
2.
Analisis Filosofi, Visi, Fungsi dan Tugas
Filosofi pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang berpusat pada
anak yang mengutamakan kepentingan bermain. Permainan yang diperuntukan bagi
anak memberikan peluang untuk menggali dan berinteraksi dengan lingkungan
sekitar. Permainan pada anak dapat menimbulkan rasa nyaman, untuk bertanya,
berkreasi, menemukan dan memotivasi mereka untuk menerima segala bentuk risiko
dan menambah pemahaman mereka. Selain itu, dapat menambah kesempatan untuk
meningkatkan pemahaman dari setiap kejadian terhadap orang lain dan
lingkungannya.
Visi Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia
·
Mengupayakan pemerataan layanan, peningkatan
mutu, dan efesiensi penyelenggaraan pendidikan;
·
Mengupayakan peningkatan kesadaran dan
kemampuan masyarakat dalam memberikan layanan pendidikan dini;
·
Mempersiapkan anak sedini mungkin agar kelak
memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut.
Misi Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia
Terwujudnya anak usia dini yang cerdas, sehat, ceria, dan berakhlak mulia
serta memiliki kesiapan baik fisik maupun mental dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut.
Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia
·
Untuk membentuk anak Indonesia yang
berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga mewakili kesiapan yang optimal di dalam memasuki
pendidikan dasar sarta mengurangi kehidupan dimasa dewasa.
·
Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan
belajar (akademik) di sekolah
·
Intervensi dini dengan memberikan rangsangan
sehingga dapat menumbuhkan potensi-potensi yang tersembunyi (hidden potency) yaitu dimensi
perkembangan anak (bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri,
minat dan bakat).
·
Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan
terjadinya gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi yang
dimiliki anak.
Urgensi pendidikan anak usia dini berdasarkan tinjauan didaktis psikologi
adalah untuk mengembangkan berbagai aspek kecerdasan yang merupakan potensi
bawaan. Kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang anak hanya akan berarti apabila
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yang dikenal dengan istilah
kecakapan hidup (life skill).
Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini
·
Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang
dimiliki anak sesuai dengan tahapan perkembangannya. Misalnya menyiapkan media
pemebelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak (baik anak biasa
maupun berkebutuhan khusus).
·
Mengenalkan anak dengan dunia sekitar. Contoh:
Jalan-jalan ke hutan kota, disana dapat mengenalkan anak bermacam-macam hewan
ciptaannya, mengenal berbagai hewan berbahaya dan bukan berbahaya, mengenal
udara panas dan dingin.
·
Mengembangkan sosialisasi anak. Bermain
bersama teman-teman, melalui bermain dengan teman, maka anak akan berinteraksi
sehingga proses sosialisasi dapat berkembang
·
Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin
pada anak. Misalnya mengikuti peraturan kelas yang disepakati bersama.
·
Memberikan kesempatan pada anak untuk
menikmati masa bermainnya, misalnya bermain bebas sesuai dengan minat dan
keinginan anak.
·
Memberikan stimulus kultural pada anak dan
memberikan ekspresi stimulasi kultural.
Fungsi lainnya yang perlu diperhatikan, yakni penyiapan bahan perumusan kebijakan
dibidang pendidikan anak usia dini; penyiapan bahan perumusan standar,
kriteria, pedoman, dan prosedur dibidang pendidikan anak usia dini; pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pendidikan anak usia dini; pelaksanaan
pemberdayaan peran serta masyarakat dibidang pendidikan anak usia dini;
pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat (Direktorat PAUD, 2000:6).
3.
Analisis Peserta Didik
Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai
dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka
pendidik perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam
kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari
cara sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, gerakan ke verbal, dan dari
ke-aku-an ke rasa sosial. Ini dikarenakan kelas inklusi terdiri dari anak yang
beragam yang didalamnya juga anak berkebutuhan khusus yang mungkin belum
terlihat perbedaannya secara fisik.
·
Hakikat perkembangan anak usia dini. Anak usia
dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan manusia.
Montessori dalam Hainstock (1999:10-11)
mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif (sensitive periods),
selama masa inilah anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari
lingkungannya. Pada masa ini anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka
memahami dan menguasai lingkungannya. Selanjutnya Montesorri menyatakan bahwa
usia keemasan merupakan masa di mana anak mulai peka untuk menerima berbagai
stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik disengaja
maupun tidak sengaja. Pada masa peka inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi
fisik dan psikis sehingga anak siap merespons dan mewujudkan semua tugas-tugas
perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari
(Hainstok, 1999:34).
Berdasarkan
teori perkembangan anak, diyakini bahwa setiap anak lahir dengan lebih dari
satu bakat. Bakat tersebut bersifat potensial dan ibaratnya belum muncul di
atas permukaan air. Untuk itulah anak perlu diberikan pendidikan yang sesuai
perkembangannya dengan cara memperkaya lingkungan bermainnya
·
Hakikat anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak-anak yang tergolong
cacat atau yang menyandang ketunaan, dan juga anak latib dan berbakat (Mulyono,
2006:26). Dalam perkembangannya, saat ini konsep ketunaan berubah menjadi
berkelainan (exception) atau luar biasa. Konsep ketunaan berbeda dengan konsep
berkelainan. Konsep ketunaan hanya berkenaan dengan kecacatan sedangkan konsep
berkelainan atau luar biasa mencakup anak yang menyandang ketunaan maupun yang
dikaruniai keunggulan.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan untuk perencanaan dan pemikiran bagi anak yang
berketidakmampuan:
-
Tekankan keunikan dan nilai dari semua anak
daripada perbedaan mereka
-
Jaga pandangan masing-masing: hindari
penekanan ketidakmampuan dengan mengeyampingkan pencapaian masing-masing
-
Pikirkan cara anak yang tidak berkemampuan
dapat melakukan sesuatu sendiri atau untuk anak yang lain
-
Berikan lingkungan di mana anak yang
bersamasalah ikut serta dalam kegiatan dengan anak yang tidak bermasalah dan
cara-cara yang bermanfaat satu sama lainnya.
4.
Analisis Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar anak usia dini digunakan
Asesmen Otentik. Melalui pemantauan secara terus menerus, dalam berbagai
konteks, dan berdasarkan apa yang dapat dikerjakan dan dihasilkan anak, guru
dan orangtua dapat memberi bantuan belajar yang pas sehingga anak dapat belajar
secara optimal. Oleh karena itu asesmen otentik dilakukan secara terus menerus
bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Hasil karya anak, hasil pengamatan
guru, dan informasi dari orangtua diperlukan untuk memotret perkembangan
belajar anak. Berbagai teknik dan instrumen asesmen, seperti catatan anekdot
(anecdotal record), catatan narative (narrative record), catatan cepat (running
record), sample kegiatan (event sampling), dan dengan portofolio digunakan untuk
memantau perkembangan anak.
Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa perkembangan anak bersifat
sistematis, progresif dan berkesinambungan. Hal ini berarti kemajuan
perkembangan satu aspek akan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya.
Karakteristik anak memandang segala sesuatu sebagai suatu keseluruhan, bukan
bagian demi bagian. Stimulasi harus diberikan secara terpadu sehingga seluruh
aspek perkembangan dapat berkembang secara berkelanjutan, dengan memperhatikan
kematangan dan konteks sosial, dan budaya setempat. Dalam hal ini dibutuhkan
kerjasama antara guru, orangtua dan tenaga ahli (psikolog).
5.
Penentuan dan Penyusunan Materi Pembelajaran
·
Proses pembelajaran harus diarahkan untuk
mengembangkan kecakapan hidup melalui penyiapan lingkungan belajar yang menunjang
berkembangnya kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta
memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
·
Lingkungan pembelajaran harus diciptakan
sedemikian menarik dan menyenangkan serta demokratis sehingga anak selalu betah
dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan. Lingkungan fisik
hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan
ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga
anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan
temannya.
·
Lingkungan belajar hendaknya tidak memisahkan
anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang
dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun di lingkungan sekitar. Pendidik
harus peka terhadap karakteristik budaya masing-masing anak.
·
Bermain merupakan pendekatan dalam
melaksanakan pembelajaran di TK. Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh
pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan
strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh
anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan
memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi
bermakna bagi anak. Ketika bermain anak membangun pengertian yang berkaitan
dengan pengalamannya.
6.
Pengembangan Instrumen Evaluasi Hasil Belajar
Pengembangan instrumen evaluasi hasil belajar disini dimaksudkan untuk
melihat pencapaian tujuan yang satu agar dapat menjadi alat ukur untuk mencapai
tujuan berikutnya, dalam hal ini jika anak telah mencapai suatu titik
pembelajaran tertentu maka anak ini akan mempu untuk melanjutkan ke tingkat
selanjutnya. Namun pada pendidikan anak usia dini evaluasi tidak menitik beratkan
kepada penguasaan materi tetapi proses dari pembelajaran setiap anak dalam
menemukan keunggulan-keunggulan dalam dirinya. Menurut Dewey, pendidikan yang
benar hanya akan muncul dengan menggali keunggulan-keunggulan anak yang timbul
dari tuntutan situasi sosial di mana dia menemukan dirinya sendiri. Melalui
tuntutan sosial ini anak dirangsang untuk mampu bertindak sebagai anggota suatu
unit sosial tertentu.
7.
Penentuan Kegiatan Pembelajaran Pengelompokan Peserta Didik
Penentuan kegiatan pembelajaran pengelompokan peserta didik dapat dilihat
dari kebutuhan dan tujuan dari pembelajaran yang dilakukan, jika diperuntukan
bagi pendidik untuk mengetahui kognitif peserta didik maka dapat dibuat
kelompok kecil, jika sedang melakukan story telling yang melibatkan seluruh
peserta didik maka dibuat kelompok besar, namun jika mengadakan acara bersama
dengan keluarga maka bisa dibuat kelompok massa.
8.
Pemilihan dan Pengembangan Media Pembelajaran
Setiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu
memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam
sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan
berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi
dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya. Disamping itu penggunaan teknologi
informasi juga penting bagi pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini yaitu
dengan memanfaatkannya untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio,
televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran
dimaksudkan untuk mendorong anak menyenangi belajar jika dimungkinkan dalam
penyediaan dan penggunaannya. Namun yang terpenting adalah bagaimana pemilihan
dan pengembangan media pembelajarab itu dapat mendukung proses pembelajaran
yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh
anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik,
menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk
berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya
dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses
pembelajaran.
9.
Pemantauan dan Evaluasi Sistem Pembelajaran
Program dianggap berhasil jika anak-anak memiliki prestasi belajar secara
khusus yang seringkali bersifat akademik seperti persipan untuk mengikuti
sekolah selanjutnya.
Dalam alat dan cara penilaian, ditemukan adanya format-format evaluasi yang
kurang efektif untuk dilakukan di lapangan mengingat keterbatasan kemampuan
guru dalam melakukan penilaian. Guru mengehendaki format penilaian yang
disederhanakan dan memudahkan membuat rekapitulasi perkembangan anak dengan
baik dan dapat dipertanggung jawabkan
BAB II
PENGEMBANGAN KURIKULUM ANAK USIA DINI
PENGEMBANGAN KURIKULUM ANAK USIA DINI
Banyak istilah kurikulum bagi anak usia dini yang
maknanya hampir sama, seperti program kegiatan belajar bagi anak TK, menu
pembelajaran anak usia dini, menu generik anak usia dini, dan stimulasi perkembangan
bagi anak usia dini ((Balitbang, Depdikmas, 2002:28; Dodge&Colker, 2005:5;
GBPP, 1994:2; Sujiono&Sujiono, 2004:3; Direktorat PAUD Depdiknas, 2002:2;
DepKes, 1997:92).
Berhubungan dengan hal tersebut diatas, peristilahan
pengembangan kurikulum adalah istilah yang paling sesuai dengan pengembangan
program kegiatan bermain bagi anak usia dini. Dikarenakan istilah kurikulum
terkesan sangat formal dan terstruktur, maka istilah kurikulum seringkali
ditukarpakaikan dengan istilah program kegiatan bermain.
A. Batasan Kurikulum Anak Usia Dini
Pengembangan program kegiatan bermain
(kurikulum) bagi anak usia dini seharusnya sarat dengan aktivitas bermain yang
mengutamakan adanya kebebasan bagi anak untuk bereksploitasi dan
berkreativitas, sedangkan orang dewasa seharusnya lebih berperan sebagai
fasilitator pada saat anak membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi (Albercht dan Miller 2000:216-218).
Bennett, Finn dan Cribb (1999:91-100),
menjelaskan bahwa pada hakekatnya mengembangkan kurikulum adalah pengembangan
sejumlah pengalaman belajar melalui kegiatan bermain yang dapat memperkaya
pengalaman anak tentang berbagai hal, seperti cara berpikir tentang diri
sendiri, tanggap pada pernyataan, dapat memberikan argumentasi untuk mencari
berbagai alternatif. Selain itu, hal ini membantu anak-anak dalam mengembangkan
kebiasaan dari setiap karakter yang dapat dihargai oleh masyarakat
mempersiapkan mereka untuk memasuki dunia orang dewasa yang penuh
tanggungjawab.
Mengutip pendapat Kitano dan Kirby (1986:127-167),
kurilukum merupakan rencana pendidikan yang dirancang untuk memaksimalkan
interaksi pembelajaran dalam rangka menghasilkan perubahan perilaku yang
potensial. Kurikulum yang koprehensif seharusnya memiliki elemen utama dari
setiap bidang pengembangan yang disesuaikan dengan tingkatan atau jenjang
pendidikannya serta mengetengahkan target pencapaian peserta didik yang
mencakup seluruh kegiatan pembelajaran dilembaga pendidikan.
Catron dan Allen (1999:30), menyatakan bahwa
kurikulum mencakup jawaban tentang pertanyaan apa yang harus diajarkan dan
bagaimana mengajarkannya dengan menyediakan sebuah rencana program kegiatan
bermain yang berlandaskan filosofis tentang bagaimana anak berkembang dan
belajar. Selanjutnya dijelaskan bahwa program kegiatan bermain pada dasarnya
adalah pengembangan secara kongkret dari sebuah kurikulum. Pengembangan
kurikulum bagi anak usia dini merupakan langkah awal yang menjadi tolok ukur
dari kegiatan belajar selanjutnya.
Menurut NAEYC Early Childhood Program
Standar terdapat dua hal penting tentang kurikulum bagi anak usia dini,
yaitu
1)
Program kegiatan bermain pada anak usia dini
diterapkan berdasarkan kurikulum yang berpusat pada anak serta dapat mendukung
kegiatan pembelajaran dan perkembangan pada setiap aspek baik estetika,
kognitif, emosional, bahasa, fisik, dan sosial;
2)
Kurilukulum berorientasi pada hasil dan
mengkaitkan berbagai konsep dan perkembangan. Pada saat disampaikan oleh guru
pada setiap individu anak, maka kurikulum yang telah dirancang diharapkan dapat
membantu guru, sehingga dapat menyediakan pengalaman yang dapat mengembangkan
perkembangan pada jenjang yang lebih tinggi pada wilayah perkembangannya. Hal
ini juga mengarah pada intensionalitas dan ungakapan kreatif, dan memberikan
kesempatan pada anak untuk belajar secara individu dan berkelompok berdasarkan
kebutuhan dan minat mereka (2004:2-3).
B.
Tujuan Pengembangan Kurikulum
Tujuan kurikulum anak usia dini di Indonesia adalah membantu meletakkan
dasar kearah perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan, dan kreatifitas yang
diperlukan oleh anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan
untuk pertumbuhan serta perkembangan pada tahapan berikutnya. (Depdiknas
2004:3).
Untuk mencapai tujuan kurikulum tersebut, maka diperlukan strategi
pembelajaran bagi anak usia dini yang berorientasi pada:
1)
Tujuan yang mengarah pada tugas-tugas
perkembangan di setiap rentangan usia anak;
2)
Materi yang diberikan harus mengacu dan sesuai
dengan karakteristik dan kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan anak (DAP=Developmentally Appropriate Practice);
3)
Metode yang dipilih seharusnya berfariasi
sesuai dengan tujuan kegiatan belajar dan mampu melibatkan anak secara aktif
dan kreatif serta menyenangkan;
4)
Media dan lingkungan bermain yang digunakan
seharusnya aman, nyaman, dan menimbulkan ketertarikan bagi anak dan perlu
adanya waktu yang cukup untuk bereksplorasi; serta
5)
Evaluasi yang terbaik dan dianjurkan untuk
dilakukan adalah rangkaian sebuah assesment melalui observasi partisipatif
terhadap segala sesuatu yang dilihat, didengar dan diperbuat oleh anak.
C.
Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum PAUD
Pendekatan perkembangan, berpandangan bahwa perkembanganlah yang memberikan
kerangka untuk memahami dan menghargai pertumbuhan alami anak usia dini.
Terdapat beberapa anggapan dari pendekatan ini, yaitu: (1) anak usia dini
adalah pembelajar aktif yang secara terus menerus mendapat informasi mengenai
dunia lewat permainannya, (2) setiap anak mengalami kemajuan melalui
tahapan-tahapan perkembangan yang dapat diperkirakan, (3) anak bergantung pada
orang lain dalamhal pertumbuhan emosi dan kognitif melalui interaksi sosial,
(4) anak adalah individu yang unik yang tumbuh dan berkembang dengan kecepatan
yang berbeda (Wolfgang dan Wolfgang, 1995:56-58).
Vygotsky dalam Naughton (2003:46) percaya bahwa bermain membantu
perkembangan kognitif anak secara langsung, tidak sekadar sebagai hasil dari
perkembangan kognitif seperti yang dikemukakan oleh Piaget. Ia menegaskan bahwa
permainan simbolik memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan
berpikir abstrak. Sejak anak mulai bermain make
believe, anak menjadi mampu berpikir tentang makna-makna objek yang mereka
representasikan secara independen. Dengan demikian, pada awal proses
penggantian objek dalam bermain dramatik prototipikalitas objek menjadi
krusial, sementara perkembangan berikutnya bermain dramatik prototipikalitas
menjadi kurang begiru penting. Berhubung dengan hal tersebut diatas, maka peran
pendidik berkaitan dengan teori perkembangan antara lain adalah: (1) tanggap
dengan proses yang terjadi dari dalam diri anak dan berusaha mengikuti arus
perkembangan anak yang individual, (2) mengkreasikan lingkungan dengan materi
yang luas, beragam, dan alat-alat yang memungkinkan anak belajar, (3) memperhatikan
laju dan kecepatan belajar dari setiap anak, dan (4) adanya bimbingan dari guru
agar anak tertantang untuk melakukan sendiri.
1. Pendekatan Tematik
Pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan
beberapa bidang pengembangan untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada
anak (Kostelknik 1991:17). Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat
dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Pembelajaran tematik diajarkan pada anak karena pada umumnya mereka masih
melihat segala sesuatu keutuhan (Holistic) perkembangan fisiknya tidak pernah
dapat dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. Sesuai
dengan perkembangan fisik dan mental anak usia 4-6 tahun, pembelajaran pada
tahap ini haruslah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a.
Berpusat pada anak,
b.
Memberikan pengalaman langsung pada anak
c.
Pemisahan bidang pengembangan tidak begitu
jelas
d.
Menyajikan konsep dari berbagai bidang
pengembangan pada suatu proses pembelajaran
e.
Bersifat fleksibel atau luwes
f.
Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai
dengan minat dan kebutuhan anak (kostelnik, 1991:17-20).
Prinsip pemilihan tema, tema merupakan wahana yang berisikan bahan-bahan
yang perlu dikembangkan lebih lanjut oleh guru menjadi program pengembangan
yang operasional. Tema dapat dikembangkan fleksibel sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak agar tidak menimbulkan kebosanan. Pemilihan tema didasarkan
pada:
a.
Tema-tema yang bersifat dasar dan selalu dapat
dikembangkan seperti: Aku, Keluargaku, Rumahku, Sekolahku, dan Negeriku.
b.
Tema yang dihubungkan dengan suatu
peristiwa/kejadian seperti: Gejala alam: cuaca, banjir, gunung meletus, dan
sebagainya.
c.
Tema yang dihubungkan dengan minat anak
seperti: binatang: dinosaurus, tata surya.
d.
Tema yang dihubungkan dengan hari-hari besar
atau spesial seperti: hari kemerdekaan, hari besar keagamaan, hari ibu, hari
anak, dan sebagainya (sujiono&sujiono, 2005:221).
2. Pusat Kegiatan Belajar (Sentra)
Pusat kegiatan belajar pada pembelajaran yang berpusat pada anak dibangun
atas dasar bahwa setiap anak memiliki modalitas, gaya belajar, dan minat yang
berbeda terhadap pengetahuan yang ingin diketahuinya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Day yang menyatakan bahwa pusat kegiatan belajar dapat mengadaptasi
perbedaan dari gaya belajar, tingkat kematangan, dan perkembangan anak, dan
perbedaan dari latar belakang yang berbeda. Prinsip yang digunakan adalah
individualisasi pengalaman belajar. Setiap anak diperkenankan untuk memilih
pusat kegiatan belajar yang akan digunakan untuk bereksplorasi dan bermain.
Craig dan Borba (1978:3) berpendapat bahwa konsep dari pusat kegiatan
belajar adalah:
I hear and I forget (saya dengar dan saya
lupa)
I see and I remember (saya lihat dan saya
ingat)
I do and I understand (saya lakukan dan saya paham)
Selanjutnya Craig dan Borba (1978:15) juga menjelaskan bahwa terdapat
beberapa pendekatan yang harus diperhatikan disetiap sentra, yaitu: (1) program card, setiap anak harus
merencanakan yang akan mereka lakukan pada hari itu; (2) open choice, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil
dimana setiap kelompok akan mendapatkan tugas untuk mengerjakan tugas
bersama-sama dan guru mengatur perpindahan dari satu sentra ke sentra lainnya;
(3) multi station, berupa tempat
pergantian dan waktu menunggu 3-5 menit; serta (4) enrichment centers, setelah anak-anak menyelesaikan tugasnya di
masing-masing sentra, apabila ada waktu luang mereka boleh menggunakan sentra
untuk program pengayaan.
3. Pengelolaan Kelas Berpindah (Moving Class
Activity)
Pengelolaan kelas merupakan pengaturan terhadap kegiatan yang dilakukan
oleh guru baik di dalam ruang (indoor activity) ataupun di luar (outdoor
activity) dalam rangka melancarkan proses belajar dan pembelajaran.
Pengelolaan ruang kelas dan kegiatan bimbingan merupakan hal penting yang
harus diperhatikan leh guru anak usia dini. Kebijakan yang diambil guru dan
bimbingan yang tepat bermanfaat dalam beberapa hal seperti: (1) mencegah dan
mengurangi tingkah laku dan masalah-masalah pengelolaan, (2) memberikan
kesempatan dan merespon keberhasilan pertumbuhan terhadap anak-anak yang
mempunyai penyimpang, (3) mendukung belajar dan pembelajaran yang terjadi dalam
situasi di ruang kelas, (4) menumbuhkan harga diri dalam jiwa anak,
mengembangkan kemampuan mereka untuk mengambil keputusan dan dapat
bertanggungjawab, membantu mereka mengembangkan sikap pengendalian diri dan
disiplin untuk diri mereka sendiri, dan menyediakan contoh dari suatu konflik
masalah.
4. Pelayanan Inklusi
Anak dengan keterbatasan. Anak-anak dengan kebutuhan khusus beserta
keluarga mereka seharusnya mendapat pendidikan dan pelayanan yang akan membantu
mereka berhasil di sekolah dan dalam kehidupan. Pihak sekolah dan semua yang
bersinggungan dengan sekolah adalah pemain kunci dalam proses ini untuk
memastikan bahwa mereka memperoleh pelayanan dengan baik.
Sebagai pendidik anak usia dini pasti akan mendapat anak-anak berkebutuhan
khusus dalam kelas, misalnya anak dengan autisme, tuli, buta-tuli, gangguan
emosi, gangguan pendengaran, gangguan mental, keterbatasan ganda, gangguan
ortopedi, gangguan kesehatan, gangguan belajar khusus, gangguan biacara dan
bahasa, trauma otak, dan gangguan penglihatan termasuk kebutaan.
Namun keterbatasan adanya tenaga pendidik dan sarana yang digunakan di
daerah pedalaman maka saya membatasi dalam membuat kurikulum itu.
Dapat dilihat dalam gambar dibawah ini bagaimana saya mencoba menetapkan
pembatasan dalam kurikulum ini.
Anak akan ditempatkan dalam kelas umum, namun akan ada bantuan tambahan
atau khusus. Ini dilakukan setelah jam sekolah selesai atau dilakukan dengan
membuat worksheet dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan anak. Misalnya
pembelajaran bagi anak yang tuna runggu maka dapat melihat gambar dan mulut
guru, bagi yang memiliki gangguan penglihatan maka harus ada media yang dapat
diraba dan suara yang mengambarkan benda tersebut dan lain sebagainya.
BAB III PENERAPAN
KURIKULUM
KURIKULUM
A. Tema
Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada
peserta didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud
menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya
perbendaharaan bahasa peserta didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna.
Penggunaan tema dimaksudkan agar peserta didik
mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.
a. Prinsip Penentuan Tema
Penentuan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
·
Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari
tema yang terdekat dengan kehidupan peserta didik kepada tema yang semakin jauh
dari kehidupan mereka.
·
Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari
tema-tema yang sederhana kepada tema-tema yang lebih rumit bagi peserta didik.
·
Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari
tema-tema yang menarik minat peserta didi kepada tema-tema yang kurang menarik.
·
Kesesuaian, artinya tema disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di
ingkungan setempat.
b. Langkah Penentuan Tema
Pada awa tahun pelajaran, TK menentukan tema yang akan dibahas dalam satu
tahun sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan setempat. Beberapa dalam
menentukan tema :
1.
Mengidentifikasi tema yang sesuai dengan hasil
belajar dan indikator dalam kurikulum.
2.
Menata dan mengurutkan tema berdasarkan
prinsip-prinsip pemilihan tema.
3.
Menjabarkan tema ke dalam sub-sub tema agar
cakupan tema lebih terurai.
4.
Memilih sub tema yang sesuai.
c. Tema yang
akan diterapkan
Tema pokok yang akan diberikan kepada anak
adalah seperti dibawah ini
1.
Diri Sendiri
2.
Lingkunganku
3.
Kebutuhanku
4.
Binatang
5.
Tanaman
6.
Rekreasi
7.
Pekerjaan
8.
Air, Udara, dan Api
9.
Alat Komunikasi/Transportasi
10.
Tanah Airku
11.
Alam Semesta
Tema sisipan sesuai dengan daerah juga akan dibagikan antara lain
1.
Hari Kemerdekaan
2.
Natal
3.
Paskah
Tema-tema di atas merupakan tema umum dan
dikembangkan berdasarkan kondisi daerah Yahukimo dan kemampuan masing-masing TK
sesuai dengan prinsip-prinsip penentuan tema, demikian pula dalam penentuan
perkiraan waktu untuk setiap tema.
Selain tema-tema tersebut di atas, juga apabila terjadi peristiwa atau
kejadian di sekitar anak (Taman Kanak-kanak) pada saat pembelajaran berlangsung
maka akan dimasukkan dalam pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang
dipilih pada hari itu.
B. Pengembangan Silabus
Perencanaan semester merupakan program pembelajaran yang
dipetakan berisi jaringan tema, bidang pengembangan, kompetensi dasar, hasil
belajar, dan indikator yang ditata secara urut dan sistematis, alokasi waktu
yang diperlukan untuk setiap jaringan tema, dan sebarannya ke dalam semester 1
dan 2.
Langkah-langkah pengembangan program semester,
sebagai berikut:
a.
Mempelajari dokumen Kurikulum dan standar
perkembangan dasar.
b.
Menentukan tema yang dapat mempersatukan
kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap kelompok dalam satu semester.
c.
Membuat “Matriks Hubungan Kompetensi Dasar
dengan Tema”. Dalam langkah ini yang harus dilakukan adalah memasukkan hasil
belajar dan/atau indikator ke dalam jaringan tema.
d.
Menetapkan pemetaan jaringan tema dengan
memperhatikan keleluasaan cakupan pembahasan tema dan sub-sub tema serta minggu
efektif sekolah, sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan.
Berikut ini
disajikan tema dan alokasi waktu pada semester pertama dan kedua:
Tema Semester 1
No.
|
Tema
|
Perkiraan Waktu*
|
Bulan
|
1
|
Diri Sendiri
(About me)
|
||
a.
Perkenalan: Nama, tempat tinggal
|
1 minggu
|
Juni Minggu ke-1
|
|
b. Laki-laki
dan Perempuan
|
1 minggu
|
Juni Minggu ke-2
|
|
c. Panca
Indera
|
1 minggu
|
Juni Minggu ke-3
|
|
2
|
Lingkunganku
|
||
a. Keluargaku
|
1 minggu
|
Juni Minggu ke-4
|
|
b. Tempat
tinggalku 1
|
1 minggu
|
Juli Minggu ke-1
|
|
c. Peliharaanku
1
|
1 minggu
|
Juli Minggu ke-2
|
|
d. Pertanian
|
1 minggu
|
Juli Minggu ke-3
|
|
3
|
Kebutuhanku
|
||
a. Nutrisi
(Makanan Sehat)
|
1 minggu
|
Juli Minggu ke-4
|
|
b. Air
Bersih (Minum)
|
1 minggu
|
Juli Mingke-5-Agus Ming ke-1
|
|
sisipan
|
c. Hari
Kemerdekaan Indonesia
|
1 Minggu
|
Agustus Minggu ke-2
|
d. Pakaian
Bersih
|
1 minggu
|
Agustus Minggu ke-3
|
|
e. Tempat
tinggalku 2
|
1 minggu
|
Agustus Minggu ke-5
|
|
4
|
Binatang
|
||
a. Binatang
Hutan (kebun binatang)
|
1 minggu
|
September Minggu ke-1
|
|
b. Serangga
|
1 minggu
|
September Minggu ke-2
|
|
c. Peliharaanku
2
|
1 minggu
|
Sepetember Minggu ke-3
|
|
d. Binatang
berbahaya
|
1 minggu
|
September Minggu ke-4
|
|
5
|
Tanaman
|
||
a. Tanaman
Penghasil Makanan (Pisang)
|
1 minggu
|
Oktober Minggu ke-1
|
|
b. Tanaman
untuk rumah dan peralatan
|
1 minggu
|
Oktober Minggu ke-2
|
|
c. Tanaman
sebagai hiasan
|
1 minggu
|
Oktober Minggu ke-3
|
|
Evaluasi
|
1 minggu
|
Oktober Minggu ke-4
|
|
Evaluasi
|
1 minggu
|
November Minggu ke-1
|
|
JUMLAH
|
21 minggu
|
Tema Semester 2
No.
|
Tema
|
Alokasi Waktu
|
Waktu
|
1
|
Rekreasi
|
||
a. Kegemaran
|
1 minggu
|
November Minggu ke-2
|
|
b. Tamasya
|
1 minggu
|
November Minggu ke-3
|
|
c. Menjaga Lingkungan
|
1 minggu
|
November Minggu ke-4
|
|
Sisipan
|
Natal
|
1 minggu
|
Desember Minggu ke-1
|
Sisipan
|
Natal
|
1 minggu
|
Desember Minggu ke-2
|
2
|
Pekerjaan (Community Helpers)
|
||
a. Community Helper (Jasa)
|
1 minggu
|
Januari Minggu ke-2
|
|
b. Community Helper
|
1 minggu
|
Januari Minggu ke-3
|
|
c. Non Jasa
|
Januari Minggu ke-4
|
||
3
|
Air, udara, dan api
|
||
a. Air
|
1 minggu
|
Jan Ming ke-5 – Feb Ming ke-1
|
|
b. Udara
|
1 minggu
|
Feb Minggu ke-2
|
|
c. Api
|
1 minggu
|
Feb Minggu ke-3
|
|
4
|
Alat komunikasi/Transportasi
|
||
a. Alat Komunikasi
|
1 minggu
|
Feb Minggu ke-4
|
|
b. Alat Transportasi
|
1 minggu
|
Maret Minggu ke-1
|
|
5
|
Tanah airku (My culture)
|
||
a. Indonesiaku
|
1 minggu
|
Maret Minggu ke-2
|
|
b. Daerahku
|
1 minggu
|
Maret Minggu ke-3
|
|
c. Budayaku (menari)
|
1 minggu
|
Maret Minggu ke-4
|
|
6
|
Alam semesta (Space and Robots)
|
||
a. Daratan
|
1 minggu
|
April Minggu ke-1
|
|
b. Lautan (Oceans)
|
1 minggu
|
April Minggu ke-2
|
|
c. Bencana Alam
|
1 minggu
|
April Minggu ke-3
|
|
Sisipan
|
Paskah
|
1 minggu
|
April Minggu ke-4
|
Sisipan
|
Paskah
|
1 minggu
|
Mei Minggu ke-1
|
Evaluasi
|
1 minggu
|
Mei Minggu ke-2
|
|
Evaluasi
|
1 minggu
|
Mei Minggu ke-3
|
|
Sisipan
|
Pentas Seni dan Persiapan
|
1 minggu
|
Mei Minggu ke-4
|
JUMLAH
|
26 minggu
|
C.
Perencanaan Mingguan
Perencanaan mingguan disusun dalam bentuk satuan kegiatan
mingguan (SKM). SKM merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi
kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam
satu minggu sesuai dengan keluasan pembahasan tema dan subtema.
Perencanaan mingguan dapat disusun dalam bentuk, antara lain satuan
kegiatan mingguan (SKM) model pembelajaran kelompok dan satuan kegiatan
mingguan (SKM) model pembelajaran berdasar minat.
Satuan Kegiatan Mingguan
a.
Komponen SKM adalah sebagai berikut:
·
Tema dan sub tema.
·
Alokasi waktu.
·
Aspek pengembangan.
·
Kegiatan per aspek pengembangan.
b.
Langkah-langkah pengembangan SKM adalah
sebagai berikut:
1.
Menjabarkan tema dan merinci subtema.
·
Membuat matrik hubungan antara tema, subtema dengan
kegiatan.
·
Menjabarkan indikator menjadi
kegiatan-kegiatan pada bidang pengembangan dalam program semester.
Berikut ini adalah rincian kegiatan yang akan dilakukan pada semester satu
pada kelompok taman kanak-kanak B. Namun jika dalam evaluasi ada beberapa
pertimbangan untuk kesesuaian pembelajaran anak, maka kegiatan akan
disesuaikan.
Dan bagi anak yang berkebutuhan khusus maka pada beberapa pelajaran akan
dipisah sesuai kebutuhan yang dibutuhkan oleh anak. Pemisahan ini bukan
bertujuan untuk membedakan akan tetapi agar mudah dalam mengawasi dan menolong
anak tersebut.
Rincian Kegiatan Semester
Tema
Semester 1
No.
|
Tema
|
Math
|
Bahasa
|
Sains
|
Karakter
|
Seni
|
Motorik
|
B. Ingris
|
Sosial
|
Catatan
|
1
|
Diri Sendiri
(About me)
|
Alat peraga,
sarana, dan media yang digunakan akan disusaikan dengan anak yang
berkebutuhan khusus di kelas.
|
||||||||
a.
Perkenalan: Nama, tempat tinggal
|
Angka 1, mengetahui konsep satu
|
A, a
(ayam, anjing, apel)
|
Mengenal anggota tubuh, dengan menyanyi kapala,pundak
lutu,kaki
|
Pengendalian diri (Cerita Putri Sembrono)
|
Mengubungkan garis pada gambar manusia
|
Menyusun menara 9-10 kotak
|
One
|
Menyebutkan nama teman-teman yang sudah dikenal
|
||
b. Aku
Perempuan dan Aku Laki-laki
|
Angka 2
|
I,i
(Ikan, Itik,
|
Mengenal ciri perempuan dan pria
|
Pengendalian diri
|
Menempelkan puzzle (laki-laki dan perempuan)
|
Mengambar lingkaran (wajah), silang.
|
Two
|
Menyebutkan teman laki-laki dan perempuan
|
||
c. Panca Indera
(Membantu)
|
Angka 3
|
U, u
(Ular, Udang,
|
Fungsi angg tubuh
|
Pengendalian diri
|
Membuat korsase dari kertas, tempel dan tarik
|
Mengendarai sepeda roda 3
|
Three (Lagu One and One)
|
Membantu orang lain
|
||
2
|
Lingkunganku
|
Sesuai
dengan catatan yang diberikan orangtua pada laporan mingguan maka segala
sesuatu yang dipergunakan akan disesuaikan untuk kebutuhan anak.
|
||||||||
a.
Keluargaku
|
Angka 4
|
E, e
(Elang, Ember,
|
Perbedaan mns (keluarga-kecil besar)
|
Kasih
|
Membuat pohon keluarga
|
Berdiri pada satu kaki beberapa detik
|
Four
|
Menyebutkan nama orangtua, adik dan kakak jika ada
|
||
b. Tempat
tinggalku 1
|
Angka 5
|
O, o
(Obat, Odol,
|
Menyebutkan bagian dari rumah
|
Kasih
|
Menggambar rumah bersih
|
Naik dan turun tangga dengan kaki bergantian
|
Five, Six
|
Mau membersihkan rumah dan membereskan mainan setealh
bermain
|
||
c.
Peliharaanku 1
|
Angka 6
|
a-z (nyanyi)
|
Hewan peliharaan, membedakan tempat hewan dan tempat
tinggal manusia
|
Kasih
|
Menggunting dan menempel hewan peliharaan
|
Melompat jauh
|
(Lagu watermelon)
|
Membedakan tempat tinggal hewan peliharaan dan manusia
|
||
d. Pertanian
(Sekolahku)
|
Angka 7
|
a-z
(konsep a-z)
|
Menanam biji cabai ke dalam pot
|
Kasih
|
Menghias pot bunga dengan mote, kertas warna dan lem
|
Memasukkan biji-bijian ke dalam botol berleher sempit
|
Seven
|
Memelihara tanaman yang telah ditanam disekolah.
|
||
3
|
Kebutuhanku
|
Anak
berkebutuhan khusus yang kesulitan dalam mengikuti pembelajaran secara umum
maka akan diberikan kelas tambahan pada hari tertentu setelah kelas umum
selesai
|
||||||||
a. Nutrisi
(Makanan Sehat)
|
Angka 8
|
ba,bi,bu,be,bo dan kata babi, bebek, boneka, bulan,
buku
|
4 (sagu,jagung, ubi + sayur +ikan,telur,daging +buah,
sehat 5 sempurna susu
|
Tanggungjawab
|
Permainan mencari gmb 4 sehat+5 sempurna kemudian
menggunting dan menempel
|
Makan menggunakan sendok
|
Eight
|
Menceritakan kepada teman sekelas makanan yang anak
makan sehari-hari
|
||
b. Air
Bersih (Minum)
|
Angka 9
|
ca,ci,cu,ce,co
kata: cacing, cicak, celo, cobek
|
Proses air minum bersih
|
Tanggungjawab
|
Membuat tempat minum untuk menyimpan minuman bersih
(botol kaca)
|
Menuangkan minuman sendiri
|
Nine
|
Membuat minuman bersih (memasak sampai mendidih)
|
||
sisipan
|
c. Hari
Kemerdekaan Indonesia
|
Angka 10
|
da,di,du,de,do
kata: dadu,
dingin, duduk, delima, dodol
|
Mengenal warna dasar; merah, kuning dan biru
|
Tanggungjawab
|
Merias kelas dengan tema merah putih
|
Membangun jembatan dengan 3 kotak
|
Ten
|
Kerjasama antar teman dalam menghias kelas
|
Pemberian PR akan dilakukan setiap hari, untuk
membiasakan anak belajar sejak dini, karena kondisi penduduk asli belum
mengerti pentingnya belajar
|
d. Pakaian
Bersih
|
Angka 11
|
fa,fi,fu,fe,fo
kata: foto, fani, figura,
|
Guru memperagakan bagaimanan merawat pakaian.
|
Tanggungjawab
|
Membuat bingkai dengan cara mencuci pakaian yang benar
|
Memakai seragam sendiri (mengancing baju)
|
Eleven
|
Mencuci pakaian seragam anak sendiri setelah dipakai
|
||
e. Tempat
tinggalku 2
|
Angka 12
|
ga,gi,gu,ge,go
kata: gajah, gigi, gorilla.
|
Guru menerangkan seperti apa rumah yang bersih
|
Tanggungjawab
|
Membuat hiasan dinding di rumah
|
Menyapu lantai rumah/ sekolah
|
twelve
|
Menceritakan bagaimana membantu ibu membersihkan rumah
|
||
4
|
Binatang
|
Setiap hal
baik dan tidak baik yang dilakukan anak dirumah dan disekolah harus
dikomunikasikan agar ada dukungan kedua belah pihak (orang tua dan anak)
|
||||||||
a. Binatang
Hutan (kebun binatang)
|
Angka 13
|
ha,hi,hu,he,ho
kata: hari, hijau, hutan
|
Ular, kangguru, kaswari (dilindungi)
|
Murah hati
|
Berkunjung ke hutan kota
|
Mengendarai sepeda roda tiga/empat
|
Kangoro, snack
|
Berkunjung ke hutan kota
|
||
b. Serangga
|
Angka 14
|
ja,ji,ju,je,jo
kata: jerapah, jingga, jojo,
|
Ciri-ciri serangga
|
Murah hati
|
Membuat seranga dari biji ditempel dikertas
|
Berlari dengan benar
|
Lady bugs, ant
|
Menyayangi binatang
|
||
c.
Peliharaanku 2 (Ternak)
|
Angka 15
|
ka,ki,ku,ke,ko
|
Tempat memelihara
|
Murah hati
|
Menggambar babi dan mewarnai penuh
|
Melompat dengan dua kaki
|
Pig, chikhen
|
Melindungi binatang
|
||
d. Dunia
Burung
|
Angka 16 dan 17
|
La,li,lu, le lo
|
Menyebutkan jenis burung
|
Murah hati
|
Membuat sarang burung dan menempel burung
|
Berjalan pd balok keseimbangan
|
Bird
|
Tidak menyiksa binatang
|
||
5
|
Tanaman
|
Kunjungan
guru ke rumah anak sangat dibutuhkan untuk menjalin silaturahmi dan rasa
percaya orangtua.
|
||||||||
a. Tanaman
Penghasil Makanan (Pisang)
|
Angka 18
|
Papaya, ubi, singkong, pisang
|
Kejujuran
|
Membuat tali dan mengikat pada pot bunga
|
Berjalan mundur dengan berjinjit
|
thirty
|
Memberi pupuk pada tanaman yg telah di tanam
|
|||
b. Tanaman
untuk rumah dan peralatan
|
Angka 19
|
Na,ni,nu,ne,no
|
Pohon jati, pohon mahoni
|
Kejujuran
|
Membuat lukisan diatas kayu
|
Bermain gobak sodor
|
fourty
|
Melestarikan pohon
|
||
c. Tanaman
sebagai hiasan
|
Angka 20
|
Pa,pi,pu,pe,po
|
Pohon kaswari,
|
Kejujuran
|
Bermain lompat tali
|
fifty
|
Membawa pulang t.cabai
|
|||
E
|
Evaluasi
|
Angka 1-10
|
Dikte
|
Cerita membantu mama
|
||||||
E
|
Evaluasi
|
Angka 11-20
|
Membaca
|
Menanam pohon
|
||||||
JUMLAH
|
21 minggu
|
LAm kenal, trims buat artikelnya. Klw boleh tau ini TK/PAUD Kristen dimana? GBU
BalasHapusKetinggalan nih. Klw Rincian semester 2 nya ada. mBak? trims saya tunggu ya.
BalasHapus